(JL. MATRAMAN DALAM 3 NO. 7, PEGANGSAAN, MENTENG, JAKARTA PUSAT) E-MAIL: mr.saputro83@gmail.com HP. 081283279783

PEDIATRI SOSIAL ”PENCEGAHAN PENYAKIT”


PEDIATRI SOSIAL ”PENCEGAHAN PENYAKIT”

BAB  I
PENDAHULUAN

             Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu parameter utama kesejahteraan masyarakat umumnya dan kesehatan anak khususnya. Sampai saat ini Indonesia masih termasuk kategori negara dengan AKB yang tinggi, bahkan tertinggi diantara negara Asean. Meskipun demikian, sebenarnya telah dicapai penurunan AKB yang cukup drastis dalam waktu 30 – 35 tahun terakhir.
             Gambaran AKB sebesar 160% di Indonesia pada tahun 1960 – 1965 sama dengan AKB di Amerika Serikat pada tahun 1900. AKB di Amerika Serikat pun kemudian menurun dengan drastis akibat perbaikan keadaan ekonomi dengan ditemukannya berbagai tambang minyak dan emas, serta adanya upaya kesehatan mendasar, seperti penanganan sampah, penyediaan air bersih dan kebersihan lingkungan.
             Seperti halnya di negara maju, penurunan AKB akan mempunyai berbagai dampak, diantaranya terhadap pola penyakit, jumlah penduduk, kebijakan upaya kesehatan, dan terutama kebijakan bidang non-kesehatan. Dengan AKB yang masih cukup tinggi pun, dewasa ini di Indonesia sudah terlihat adanya kenaikan penyakit keganasan, herediter, metabolik, kelainan kongenital, dan kecelakaan. Selain itu kematian akibat penyakit infeksi dapat diturunkan, misalnya kematian akibat penyakit diare menurun dari 5,1% pada tahun 1978 menjadi 1,9% pada tahun 1984 sebagai akibat dimasyarakatkannya terapi rehidrasi oral.

TUJUAN
             Tujuan pencegahan penyakit yaitu memberi kesempatan pada setiap anak untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal secara fisis, intelektual, dan emosional.

BAB  II
ISI

             Dalam garis besarnya upaya pencegahan penyakit pada anak lebih bersifat menghindarkan dan mencegah terjadinya penyakit serta mencegah terjadinya penyimpangan tingkah laku dan keterbatasan fisik.
             Kegiatan pencegahan penyakit pada anak terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan Primer
             Pencegahan primer mencakup berbagai upaya untuk menghindarkan penyakit sebelum penyakit itu timbul.
             Timbulnya penyakit merupakan hasil interaksi antara 3 faktor, yaitu genetik manusia, perilaku manusia, dan lingkungannya. Pada tingkat genetik, untuk memperoleh kualitas hasil reproduksi yang baik, dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan, misalnya pelaksanaan program KB, pencegahan perkawinan antar keluarga, pengawasan pemakaian obat pada ibu hamil.
             Pencegahan pada bidang perilaku dilakukan dengan pengaturan makan untuk mencegah obesitas,  pemberian lemak secukupnya untuk mencegah penyakit kardiovaskuler di hari kemudian, pengawasan kebiasaan merokok, kembali kepada kebiasaan yang bersifat alamiah. Contoh upaya pencegahan pada faktor lingkungan adalah pelaksanaan higiene lingkungan, pencegahan polusi, pengaturan pembuangan sampah. Pencegahan primer dapat dilaksanakan pada tingkat komunitas atau tingkat individual. Jenis pencegahan primer komunitas ini meliputi upaya penanganan sampah, limbah, air bersih, fluoridasi air minum, higiene makanan dan minuman, pasteurisasi susu, fortifikasi garam dengan yodium, masalah kecelakaan, keracunan obat dan bahan kimia, abatisasi, pencemaran lingkungan.
             Upaya pencegahan individual mencakup berbagai kegiatan, yang dapat dikelompokkan menjadi berbagai kegiatan pada masa pranatal, masa bayi, masa balita, dan masa sekolah. Kegiatan pranatal dapat berupa wawancara dengan calon ibu atau ibu hamil mengenai risiko penyakit herediter, risiko cacat bawaan, perawatan payudara sebagai persiapan dalam menghadapi masa laktasi, transmisi penyakit dari ibu ke janin. Pada masa bayi kegiatannya mencakup pemeriksaan bayi setelah lahir dan tindak lanjut secara berkala sampai bayi berumur satu bulan. Pemeriksaan tindak lanjut setelah bulan pertama terutama nasehat pengaturan dan pemberian makan, serta pemberian imunisasi.

Pencegahan Sekunder
             Pencegahan sekunder meliputi upaya mengenal, mengatasi dan menghindarkan faktor penyebab sakit, termasuk juga upaya mengenal dan memulihkan keadaan sakit pada stadium awal. Contohnya upaya penjaringan terhadap suatu penyakit, seperti diabetes, tuberkulosis, skoliosis, atau talasemia. Demikian pula tindakan pengobatan rutin sebenarnya merupakan bagian upaya pencegahan sekunder karena dapat mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah. Misalnya pemberian ampilisin pada tonsilitis atau otitis media perforata, masing-masing dapat mencegah abses peritonsilar dan mastoiditis. Pemberian oralit secara dini merupakan tindakan pencegahan terhadap terjadinya dehidrasi.

Pencegahan Tersier
             Pencegahan tersier termasuk upaya untuk memperbaiki, memulihkan dan menghentikan cacat akibat suatu penyakit. Kegiatannya umumnya mencakup perawatan penyakit menahun atau penanganan cacat fisis mental, misalnya pengobatan penyakit jantung rematik, palsi serebral akibat ensefalitis atau meningitis, penanganan cacat post polio, atau fisioterapi pada asma bronkial.